Hiperkolesterolemia (Meluruskan Pengertian Kolesterol bag 2 dari 2)
Sambungan dari “Memahami Kolesterol“.
Kolesterol yang lebih dari 200 mg/dL dianggap sebagai sebuah keadaan dimana kadar kolesterol yang melebihi keadaan normal pada darah. Nilai ini merupakan referensi yang dikeluarkan oleh laporan National Cholesterol Education Program tahun 1987. Demikian juga oleh American Heart Association. Nilai yang lebih rendah dari nilai rujukan ini belum dapat langsung dikatakan normal. Kadar kolesterol itu memberikan gambaran tentang jumlah total kolesterol yang terdapat didalam darah, mulai dari kolesterol yang dibawa oleh VLDL, IDL dan LDL sampai kolesterol yang dibawa oleh HDL. Jadi bisa saja dalam nilai normal itu terdapat kadar LDL dan HDL yang sama-sama rendah. Alasannya kenapa? Mari kita simak…
Kadar LDL yang tinggi dari normal, 100mg/d L, seringkali dihubungkan dengan atheroma, yaitu penumpukan sel degeneratif di bagian dalam lapisan dinding pembuluh darah. Atheroma ini bukan hanya penumpukan sel degeneratif tetapi juga kolesterol, kalsium dan sel-sel peradangan. Jika sebuah pembuluh darah terdapat atheroma di-dalamnya maka salurannya akan menyempit bahkan permukaannya dapat terkelupas dan menutup pembuluh darah tersebut. Jika keadaan ini terjadi pada pembuluh darah jantung maka penyakit jantung koroner akan terjadi. Jika keadaan ini terjadi pada pembuluh darah di otak maka stroke akan terjadi. Untuk keadaan ini maka LDL sering disebut sebagai ‘kolesterol jahat’.
HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan kembali ke hati yang untuk seterusnya akan dirubah menjadi asam empedu. Kadar HDL yang tinggi, diatas 40 mg/dL pada laki-laki dan 50 mg/dL pada perempuan, sering dihubungkan dengan ke-adaan kesehatan yang lebih baik. Kadar yang lebih rendah lebih sering berhubungan de-ngan keadaan seperti pada keadaan dimana kadar LDL yang lebih tinggi dari pada normal.
Jika kadar total kolesterol yang rendah dimana didalamnya kadar HDL dan LDL sama-sama rendah maka keadaan ini dapat di-katakan kurang sehat karena kadar HDL yang rendah berarti sedikit molekul lipoprotein yang berfungsi membawa kelebihan ko-lesterol dari jaringan kembali ke hati.
Banyak dari kita yang lebih sering mengejar target menurunkan kadar kolesterol yaitu dibawah 200 mg/dL. Hal ini ke-mungkinan karena kurangnya pengetahuan tentang kolesterol itu sendiri. Semua berlomba untuk mendapatkan angka total kolesterol dibawah 200 mg/dL. Namun, yang lebih penting adalah untuk mempertahankan rasio LDL dan HDL serendah mungkin. Menurut artikel yang diterbitkan Current Medical Research and Opinion, perbandingan LDL dan HDL lebih tinggi daripada 8,0 berpotensi menyebabkan penyakit jantung koroner. Jadi, sebenarnya kolesterol bukan merupakan sebuah penyakit. Ia merupakan molekul normal yang ada didalam tubuh. Sangat dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel, sintesis hormon hingga system kekebalan tubuh. Kadar normal yang dike-hendaki adalah dibawah 200 mg/dL yang da-pat dites menggunakan alat tes kolesterol sederhana.
Kadar kolesterol yang tinggi tidak secara langsung menyebabkan penyakit. Kadar kolesterol yang tinggi terutama kolesterol yang dibawa oleh LDL adalah keadaan yang paling sering dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Kadar yang tinggi ini sering dikaitkan dengan terjadinya atherom, keadaan dimana terjadi penebalan dinding pembuluh darah bagian dalam yang menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan merupakan faktor utama penyebab penyakit-penyakit diatas. Peningkatan kadar LDL yang terus menerus dipastikan akan mempercepat terjadinya atheroma ini.
Bagi mereka yang berumur diatas 45 tahun, memiliki tubuh gemuk dan memiliki faktor resiko penyakit seperti peningkatan tekanan darah yang menetap diatas 130/90 mmHg, pernah/menderita penyakit gula (Diabetes Mellitus), dan riwayat stroke biasanya selain mengubah gaya hidup, kadar LDL dan HDL ini diintervensi menggunakan obat-obatan jenis statin. Biasanya obat ini dikonsumsi sekali sehari sampai kadar LDL dan HDL yang dikehendaki telah dicapai. Penggunaan obat dan kontrol pemakaiannya harus berdasarkan saran dokter. Bagi mereka yang tidak memiliki faktor resiko diatas dan ingin mengontol kolesterolnya tidak diperlukan intervensi dengan obat-obatan. Cukup dengan berhenti merokok, diet tinggi serat dan berolahraga teratur.
Penulis: dr. La Ode Hamzah Rachmat