Secuplik Kisah Lebaran Di Tanah Rantau

LDII SULUT | Lembaga Dakwah Islam Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Secuplik Kisah Lebaran Di Tanah Rantau

Tradisi mudik lebaran memang hanya ada di Indonesia. Namun bagi umat muslim di Indonesia, lebaran memang merupakan momen yang tepat untuk pulang kampung. Lebaran menjadi saat tepat untuk berkumpul dengan saudara-saudara yang sudah lama tidak berjumpa.

Sayangnya, tidak semua orang bisa merasakan kehangatan berkumpul bersama keluarga besar. Pekerjaan dan kesibukan dalam menuntut ilmu membuat sebagian orang harus bersabar menahan rindu.Lebih-lebih bagi mereka yang berada di tanah rantau.

Seperti yang dialami oleh Rijal, salah satu warga LDII Kota Manado yang tahun ini tidak mudik ke kampung halamannya di Bojonegoro, Jawa Timur. “Tahun ini saya tidak mudik karena waktunya sangat berdekatan dengan KKN di kampus, sehingga saya tetap tinggal di Manado.,Sedih sih tidak bisa berkumpul bersama keluarga di momen lebaran ini tapi ya bagaimana lagi”, ujarnya pasrah.

Rijal tidak sendirian. Ada beberapa warga LDII Kota Manado yang tahun ini tidak mudik ke kampung halaman, contohnya Sunadar. “Tahun ini saya tidak mudik. Soalnya tiket perjalanan udara dari Manado ke Jawa mahal. Jadi saya tetap tinggal di Manado. Sedangkan istri saya bersama anak-anak, saya belikan tiket dari Surabaya ke Manado karena harganya lebih terjangkau”, katanya.

Untuk mengobati rasa rindu berkumpul bersama keluarga, para warga LDII yang sudah tinggal menetap di Manado menyelenggarakan acara open house untuk keluarga, saudara, dan kerabatnya, termasuk para perantau. Isroil Suwito, salah seorang warga LDII Kota Manado mengaku jika acara seperti ini sudah rutin digelar tiap tahun “Iya, open house memang rutin kami adakan di rumah kami untuk silaturahim dengan saudara dan tetangga”, ujarnya.