Jurus Jitu Gaet Lailatul Qadr

LDII SULUT | Lembaga Dakwah Islam Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jurus Jitu Gaet Lailatul Qadr

Ramadan akan segera berakhir, bulan Syawal siap hadir. Namun, jamaah Masjid Al-Hidayah Tompaso Baru justru semakin semangat beribadah. Hal ini di apresiasi oleh Wanhat DPD LDII Kotamobagu Hi. Fauzi Anhar.”Saya pernah melihat ada masjid ramainya saat awal Ramadan, tapi seiring berjalannya waktu mendekati lebaran malah semakin sepi. Alhamdulillah, jamaah Masjid Al-Hidayah di Tompaso Baru ini malah tambah semangat untuk i’tikaf, mengkhatamkan Al-Qur’an, berdoa, dan sholat tasbih”, ujarnya.

Fauzi juga membagikan tips agar bisa mendapatkan pahala lailatul qadr. “Ibaratnya ada orang yang punya 10 lubang. Salah satunya berisi emas 50 kg. Lalu dia tawarkan ke orang-orang agar mencoba merogoh lubang itu untuk memiliki emas tadi dengan syarat setiap kali mencoba harus membayar. Biaya sekali mencoba sebesar Rp 1M”, ujarnya.

“Orang pertama yang mencoba karena punya 3M maka dia mencoba 3 lubang. Sayangnya, dia gagal. Orang kedua lalu mencoba. Dia cukup cerdik sehingga dia mengajukan penawaran kepada sang pemilik emas. “Aku akan membayar 10M kepadamu, tapi aku bayarnya nanti setelah aku mencoba” ujarnya. Sang pemilik setuju. Lalu orang kedua mencoba dan ,tentu saja, dia berhasil.

Setelah berhasil dia ditagih sang pemilik emas untuk membayar janjinya 10M. Dia menjawab “Baiklah, aku akan membayarnya. Tunggu sebentar”. Dia bersegera pergi menukarkan emasnya dengan uang. Dengan harga emas Rp500.000/gram maka dia berhasil mengumpulkan total Rp 25M.  Sekembalinya dia ke tempat pemilik emas, dia menyerahkan uang yang dijanjikannya. “Ini hasil dari emas yang kutukarkan. 10M untukmu dan 15M untukku”, ujarnya seraya tersenyum puas.

“Demikian itulah gambaran kita dalam mencari pahala lailatul qadr. Orang yang cerdas akan berusaha agar tiap malam bisa beribadah maksimal. Jika kita mencarinya tiap malam saya jamin PASTI akan mendapatkan pahala lailatul qadr”, tegasnya.

Fauzi juga menyemangati jamaah agar tetap istiqomah beri’tikaf di masjid. “Saya sendiri membandingkan antara beribadah di masjid dengan di rumah. Biasa di rumah itu nuansanya lebih malas. Lebih cepat ngantuk. Apalagi kalau sudah ketemu kasur. Bisa-bisa langsung tidaur. Bangunnya tahu-tahu sudah subuh tidak sempat sahur”, ujarnya.

Kemudian Fauzi juga memaparkan kelebihan jika beribadah di masjid. “Lain halnya jika di masjid. Ketika kita ngantuk lalu melihat saudara kita yang beribadah, membaca Al-Qur’an, sholat malam maka kita bisa lebih terpacu untuk lebih semangat beribadah”, pungkasnya.